Senin, 07 Maret 2011

Asmak Malaikat Mbah Anshori

AsmakMalaikat
Mbah Ahmad Anshori, Penemu Asmak Malaikat
.:: www.oocities.com/gurukebal

.:: Kontak & Alamat



Rumah Mbah Ahmad Anshori berada di atas bukit yang tidak dijangkau oleh kendaraan umum (angkutan umum). Namun Anda tetap bisa menggunakan jasa ojek dari jalan raya menuju kediaman Mbah Anshori. Bila Anda berniat serius ingin menguasai Asmak Malaikat, langsung saja datang ke kediaman beliau. Mbah Anshori tidak melayani pengisian jarak jauh. Mbah Anshori lebih sering di rumah, jadi kemungkinan besar Anda bisa bertemu beliau kapan saja meskipun tanpa perjanjian dulu.


Foto Rumah Mbah Ahmad Anshori
Alamat:
Desa Kunir, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara,
Jawa Tengah, Indonesia.

Rute ke rumah Mbah Anshori:
Lihat peta click disini

PERJALANAN DARAT :
Dari Semarang
• Cari bus jurusan jepara, turun di terminal jepara
• Dari terminal jepara, cari bus jurusan tayu-pati, turun di pertigaan menuju SMP 4 Keling.
• Dari pertinggan, cari ojek dan minta diantar ke Rumah Mbah Anshori. InsyaAllah semua tukang ojek tahu.
Dari Surabaya
• Cari bus jurusan Pati, turun di terminal Pati.
• Dari terminal Pati, cari bus menuju ke Tayu-Jepara, turun di pertigaan menuju SMP 4 Keling.
• Dari pertinggan, cari ojek dan minta diantar ke Rumah Mbah Anshori. InsyaAllah semua tukang ojek tahu.

PERJALANAN UDARA :
Dari Bandara Juanda Surabaya atau dari Bandara Soekarno Hatta ke Bandara A.Yani Semarang. Langsung saja naik Taxi Bandara ke Desa Kunir, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. (Ongkos kurang lebih Rp. 300.000,-).

PENGINAPAN
Bagi Anda yang membutuhkan latihan untuk beberapa hari, Mbah Anshori bisa menyediakan kamar sederhana untuk Anda, atau jika tidak ingin menginap di rumah Mbah Anshori, Anda bisa menginap di Losmen terdekat di Kota Tayu, berjarak 20 KM. Jika ingin penginapan yang lebih baik, ada di kota Pati atau Jepara. Jarak desa kami ke kota Pati 50 KM dan ke kota Jepara 40 KM.

.:: Selamat Datang di...
Website ILMU KEBAL
Warisan Sunan Muria


PERGURAN ASMAK MALAIKAT
Awas Website Palsu..!!
Asmak Malaikat telah tersebar dan dipelajari banyak guru spiritual. Namun hati-hati dalam mempelajarinya. Pastikan Anda membuktikan dulu sebelum membayar maharnya. Karena sekarang ada website palsu yang mengatasnamakan Asmak Malaikat.
------------------------------------------------------------------------------------
Boleh saja kita berpendapat bahwa semua anggota wali songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa, termasuk Sunan Muria, secara fisik sudah wafat ratusan tahun lalu. Namun kita yakin bahwa hamba-hamba Allah yang berhati suci sebenarnya masih hidup dan bisa menemui orang-orang yang diijinkan oleh Allah untuk memberi petunjuk atau bimbingan.
Kami tidak akan membahas terlalu jauh mengenai kehidupan para wali setelah wafat (secara fisik). Disamping karena pengetahuan kami terbatas tentang hal tersebut, hadirnya website ini sebetulnya adalah untuk memberi Anda informasi tentang sebuah ilmu kebal/kanuragan yang diturunkan oleh Sunan Muria kepada Ahmad Anshori ketika ia bertirakat dalam rangka mencari ketenangan batin di gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah.
Ilmu kebal tersebut bernama Asmak Malaikat. Ilmu dari alam gaib yang memiliki mantra kunci "" ini telah disebarkan oleh banyak paranormal, perguruan tenaga dalam dan guru ilmu gaib hingga hampir ke seluruh pelosok nusantara. Tentu saja kedasyatan ilmu ini menjadi salah satu faktor penyebab terkenalnya para guru yang mengajarkan Asmak Malaikat. Bahkan ada guru yang mengaku sebagai penemu Asmak Malaikat. Guru-guru yang terkenal tersebut sebetulnya adalah murid Mbah Anshori atau orang yang belajar pada murid Mbah Anshori.
Ilmu Kebal ini bisa dikuasai dengan cepat, mudah, tanpa puasa dan tanpa pantangan yang berat. Dengan sekali pertemuan, dengan ijin Allah, Anda sudah memiliki ilmu kebal yang bisa dibuktikan keberadaanya.
Umumnya murid-murid Mbah Anshori memang lebih terkenal dari pada Mbah Anshori sendiri. Mengapa itu bisa terjadi? Mbah Anshori dari dulu tidak ingin tampil menonjolkan diri dalam masyarakat sebagai orang sakti. Namun sekarang dengan berbagai pertimbangan dan dukungan dari beberapa murid yang setia, maka website ini dibangun untuk memberikan informasi dan sejarah sebenarnya tentang ilmu kebal Asmak Malaikat, sekaligus melestarikan Asmak Malaikat dengan tradisi yang masih murni (belum dikembangkan oleh guru-guru lain).
Perlu diketahui, beberapa murid Mbah Anshori menjadi kacang yang lupa kulitnya, setelah sukses menjadi paranormal. Sebagian dari mereka yang sudah kaya, bahkan tidak pernah menengok Mbah Anshori yang tinggal di rumah sederhana. Hadirnya website ini, diharapkan Murid-murid yang belajar Asmak Malaikat (dari guru manapun) yang menyebar diseluruh Indonesia dan sebagian di luar negeri, dapat menjalin silaturahmi.


7 Desember 2006

Keluarga Besar Asmak Malaikat
Desa Kunir, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara,
Jawa Tengah, Indonesia.


Read more: http://www.oocities.com/gurukebal/index.htm?201019#ixzz0x3re63Kf




PETA JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

Alamat Mbah Anshori:
Desa Kunir, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara,
Jawa Tengah, Indonesia.

Lokasi Kediaman Mbah Anshori ditandai dengan lingkaran merah


PERJALANAN DARAT :
Dari Semarang
• Cari bus jurusan jepara, turun di terminal jepara
• Dari terminal jepara, cari bus jurusan tayu-pati, turun di pertigaan menuju SMP 4 Keling.
• Dari pertinggan, cari ojek dan minta diantar ke Rumah Mbah Anshori. InsyaAllah semua tukang ojek tahu.
Dari Surabaya
• Cari bus jurusan Pati, turun di terminal Pati.
• Dari terminal Pati, cari bus menuju ke Tayu-Jepara, turun di pertigaan menuju SMP 4 Keling.
• Dari pertinggan, cari ojek dan minta diantar ke Rumah Mbah Anshori. InsyaAllah semua tukang ojek tahu.
PERJALANAN UDARA :
Dari Bandara Juanda Surabaya atau dari Bandara Soekarno Hatta ke Bandara A.Yani Semarang. Langsung saja naik Taxi Bandara ke Desa Kunir, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. (Ongkos kurang lebih Rp. 300.000,-).

PENGINAPAN
Bagi Anda yang membutuhkan latihan untuk beberapa hari, kami menyediakan penginapan sederhana, atau Anda menginap di Losmen terdekat di Kota Tayu, berjarak 14 KM. Jika ingin penginapan yang lebih baik dapat memilih di kota Pati atau Jepara. Jarak desa kami ke Pati 45 KM dan ke Jepara 42 KM
<< Back Read more: http://www.oocities.com/gurukebal/peta.htm?201019#ixzz0x3jZfJYC Sejarah Asmak Malaikat Ilmu Kebal dari Sunan Muria Hadirnya naskah ini adalah untuk memberi Anda informasi tentang sebuah "ilmu selamat" yang diturunkan oleh Sunan Muria kepada Mbah Ahmad Anshori ketika ia berpuasa mencari ketenangan batin selama 2 tahun di gunung Muria, Jawa Tengah. Tulisan ini adalah hasil wawancara dengan Mbah Ahmad Anshori. Mbah Ahmad Anshori Pewaris Pertama Asmak Malaikat Nama kecilnya Jastro Tumbas, lahir pada tahun 1931, adalah penemu sekaligus pakar utama ilmu keselamatan Asmak Malaikat. Sekarang beliau lebih dikenal dengan panggilan Ahmad Anshori. Disebut “penemu ilmu keselamatan Asmak Malaikat” karena ia mendapatkan ilmu bukan dari berguru pada manusia, melainkan ia secara tidak sengaja dan tidak diharapkan, mendapat pelajaran langsung dari Sunan Muria, salah satu anggota Wali Songo yang jenazahnya disemayamkan di Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Perjalanan hidup Mbah Ahmad Anshori boleh dikatan tidak selalu mulus. Pernikahan pertamanya kandas karena faktor ekonomi kurang mengdukung, yang menyebabkan keluarganya kurang harmonis. Karena itu, pada pertengahan tahun 1970-an ia memutuskan untuk meninggalkan rumah dengan tujuan yang tidak jelas. Kepergiannya ini bukan karena lari dari tanggung jawab, melainkan karena kehadiranya di rumah sudah tidak diharapkan oleh mertua (baca: orang tua istri). Dari desanya di wilayah pedalaman Jepara, Mbah Anshori menumpang truk pengangkut barang. Ketika ditanya mau kemanakah Mbah Anshori oleh sopir truk, Mbah Anshori menjawab “Sampai tujuan akhir truk ini, saya ikut saja”. Ternyata, truk itu berhenti di desa Gembong, Pati. Selanjutnya Mbah Anshori berjalan kaki mengikuti kata hatinya hingga akhirnya menjelang magrib, seseorang mempersilakannya menginap. “Saya dipersilakan menginap di kediaman Mbah Joyo Suwito” tegasnya. Joyo Suwito adalah perangkat desa (kebayan) di dukuh Bengkal, Gembong, Pati yang berprofesi sebagai dukun yang cukup terkenal di wilayah Pati, Kudus dan Jepara. Mbah Anshori tidak tahu bahwa wilayah yang disinggahinya itu berdekatan dengan makam Sunan Muria. Maka, ketika banyak peziarah berjalan kaki menuju makam Sunan Muria, ia pun ikut-ikutan. Niatnya saat itu hanya mencari ketenangan batin saja. Sesampai di makam Sunan Muria, Mbah Anshori merasa tempat tersebut kurang tenang untuk melakukan tirakat disebabkan ramainya peziarah. Ia pun mencari tempat lain berjarak sekitar 500 meter dari makam Sunan Muria, yaitu makam Pangeran Gadung Sosro Kusumo, paman dari Sunan Muria. Sejak saat itu, di makan sunan Gadung, ia melakukan laku batin dengan puasa dan hanya buka serta sahur dengan pisang, bahkan jika tidak ditemukan makanan, untuk buka puasanya cukup dengan menjilati telapak tangannya. Selama puasa itu ia mengamalkan wirid, doa dan apa saja untuk menenangkan hatinya dan berdoa agar Tuhan memberikan petunjuk atas problem hidup yang yang dialaminya. Hal itu dilakukannya hampir 2 tahun hingga akhirnya, suatu malam ia ditemui seseorang yang memperkenalkan diri sebagai Pangeran Gadung Sosro Kusumo dan menawarkan diri untuk mempertemukannya dengan Sunan Muria. “Saat itu saya tidak mimpi. Saya sadar ketika berjalan di belakang Pangeran Gadung menuju Makam Sunan Muria.” kata Mbah Anshori. Selanjutnya, Mbah Ansori dipertemukan pada Sunan Muria. Tapi pada pertemuan awal itu tidak banyak yang disampaikan kepada Mbah Anshori. Sunan Muria hanya berpesan jika Mbah Anshori hendak menemuinya, ucapkan salam saja dari jarak jauh dengan suara lirih. Mbah Anshori pun kembali ke makam Pageran Gadung guna meneruskan tirakatnya. Hingga suatu saat ada petunjuk untuk ziarah ke makam Sunan Muria lagi. Maka, ia pun ingat pesan agar mengucapkan salam dari kejauhan. Yang kemudian terjadi, Sunan Muria menjawab salamnya, bahkan beliau memberikan wejangan berbahasa Arab campur Jawa. Dikisahkan, “ilham dari alam gaib” itu prosesnya sekali terdengar telinga, langsung melekat dihati, dan selamanya mampu dihafalnya. Tapi, walaupun hafal, saat itu Mbah Ansori tidak tahu apa manfaat dari wejangan yang diterimanya karena Sunan Muria belum menjelaskan mengenai manfaat wejangan tersebut. (Wejangan = petuah-petuah berupa ajaran sebuah ilmu batin yang disampaikan guru kepada muridnya) Baru diketahui manfaat wejangan itu saat ia turun gunung menuju kediaman Mbah Joyo Suwito. Mbah Anshori menceritakan dan mengajarkan wejangan yang didapatnya dari Sunan Muria kepada 7 orang penduduk dukuh Bengkal diantaranya yang masih hidup sampai naskah ini ditulis adalah Soleh, Kasmin, Sidik, dan Basir. Sungguh unik cara Tuhan mengajarkan sebuah ilmu pada Mbah Anshori. Ya.. karena salah satu orang dari 7 orang itu terlibat perkelahian setelah mendapatkan wejangan dari mbah Anshori itu. Sungguh tak disangka, ternyata orang tersebut kebal, tidak terluka meskipun berkali-kali terkena sabetan senjata tajam dalam perkelahian. Kejadian unik ini kemudian dilaporkan kepada Mbah Anshori. Kejadian itu membuat Mbah Anshori menduga bahwa wejangan yang dari Sunan Muria adalah ilmu untuk keselamatan. Merasa mendapatkan ilmu baru yang belum sempurna, Mbah Anshori pun kembali tirakat di makam Pangeran Gadung dan di Makam Sunan Muria. Petunjuk Gaib pun terus membimbingnya, bahkan dalam kurun waktu 2 bulan ia menerima lanjutan dua ilmu yang bacaan doa-nya cukup panjang. Ternyata, yang diterima pada tahap 2 dan 3 pun bukan sekedar ajaran ilmu kanuragan, melainkan tata-cara menurunkan ilmu itu kepada orang lain. Perkembangan Asmak Malaikat Saat Mbah Anshori baru menerima ilham wejangan tingkat 1, beberapa orang sudah ada yang belajar ilmu padanya, yaitu tamu-tamu Mbah Joyo Suwito. Namun setelah Mbah Joyo menerima ilmu Asmak Malaikat dari Mbah Anshori, Asmak Malaikat pun berkembang lebih pesat karena pada saat itu nama Mbah Joyo Suwito sudah terkenal dan memiliki banyak murid. Proses belajar Joyo Suwito kepada Mbah Anshori pun cukup unik. Karena sudah memiliki nama besar dan malu jika diketahui murid-muridnya, saat menerima wejangan pun dilakukan dipinggiran sungai pada tengah malam hari. Ketika Asmak Malaikat mulai dipelajari banyak orang dari daerah sekitar Gunung Muria (Pati, Kudus, Jepara) juga dari luar Jawa, khususnya para transmigran, nama Mbah Anshori sebagai pemilik “hak paten” ilmu itu justru tidak dikenal orang, justru orang mengira penemu ilmu itu adalah Mbah Joyo. Joyo Suwito itu sendiri menerima ilmu dari Mbah Anshori pada gelombang kedua setelah 7 penduduk dukuh Bengkal diantaranya Soleh, Kasmin, Sidik, dan Basir. Setelah menerima wejangan ilmu sampai tingakat kunci, Mbah Anshori pun “turun gunung” dan kembali ke kampung kelahirannya di sebuah desa kecil di pedalaman Jepara. Aktivitasnya dalam keseharian pun berubah. Ia yang semula kerja secara serabutan, berubah menjadi guru ilmu kanurangan. Asmak Malaikat pun makin berkembang ketika suatu hari terjadi pergolakan di suatu daerah. Mbah Anshori menerima banyak tamu untuk "mengisi" penduduk secara masal. Tujuannya untuk keselamatan, karena pihak penyerang menggunakan senjata tajam dan mesin gergaji. Memasuki tahun 80-an Asmak Malaikat makin berkembang seiring dengan makin banyaknya orang belajar pada mbah Anshori. Tragisnya, murid-murid yang kemudian juga “buka praktek” mengajarkan Asmak Malaikat, justru murid yang belum menyelesaikan tahapan ilmu secara sempurna. Menurut mbah Anshori, ada beberapa murid yang baru tingkat 1 dan 2 sudah berani memberi pelajaran. Murid macam Ini disebut murid nekat. Jika yang sudah tingkat 3 lalu memberikan pelajaran orang lain, itu masih disebut wajar. Namun jika ingin lebih sempurna, seorang guru Asmak Malaikat harus menguasai paling tidak tingkat 4. Read more: http://www.oocities.com/gurukebal/sejarah_ilmu_kebal_asmak_malaikat.htm?201019#ixzz0x3pyfrTA .:: Selamat Datang di... Website ILMU KEBAL Warisan Sunan Muria Boleh saja kita berpendapat bahwa semua anggota wali songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa, termasuk Sunan Muria, secara fisik sudah wafat ratusan tahun lalu. Namun kita yakin bahwa hamba-hamba Allah yang berhati suci sebenarnya masih hidup dan bisa menemui orang-orang yang diijinkan oleh Allah untuk memberi petunjuk atau bimbingan. Kami tidak akan membahas terlalu jauh mengenai kehidupan para wali setelah wafat (secara fisik). Disamping karena pengetahuan kami terbatas tentang hal tersebut, hadirnya website ini sebetulnya adalah untuk memberi Anda informasi tentang sebuah ilmu kebal/kanuragan yang diturunkan oleh Sunan Muria kepada Ahmad Anshori ketika ia bertirakat dalam rangka mencari ketenangan batin di gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah. Ilmu kebal tersebut bernama Asmak Malaikat. Ilmu dari alam gaib yang memiliki mantra kunci "" ini telah disebarkan oleh banyak paranormal, perguruan tenaga dalam dan guru ilmu gaib hingga hampir ke seluruh pelosok nusantara. Tentu saja kedasyatan ilmu ini menjadi salah satu faktor penyebab terkenalnya para guru yang mengajarkan Asmak Malaikat. Bahkan ada guru yang mengaku sebagai penemu Asmak Malaikat. Guru-guru yang terkenal tersebut sebetulnya adalah murid Mbah Anshori atau orang yang belajar pada murid Mbah Anshori. Ilmu Kebal ini bisa dikuasai dengan cepat, mudah, tanpa puasa dan tanpa pantangan yang berat. Dengan sekali pertemuan, dengan ijin Allah, Anda sudah memiliki ilmu kebal yang bisa dibuktikan keberadaanya. Umumnya murid-murid Mbah Anshori memang lebih terkenal dari pada Mbah Anshori sendiri. Mengapa itu bisa terjadi? Mbah Anshori dari dulu tidak ingin tampil menonjolkan diri dalam masyarakat sebagai orang sakti. Namun sekarang dengan berbagai pertimbangan dan dukungan dari beberapa murid yang setia, maka website ini dibangun untuk memberikan informasi dan sejarah sebenarnya tentang ilmu kebal Asmak Malaikat, sekaligus melestarikan Asmak Malaikat dengan tradisi yang masih murni (belum dikembangkan oleh guru-guru lain). Perlu diketahui, beberapa murid Mbah Anshori menjadi kacang yang lupa kulitnya, setelah sukses menjadi paranormal. Sebagian dari mereka yang sudah kaya, bahkan tidak pernah menengok Mbah Anshori yang tinggal di rumah sederhana. Hadirnya website ini, diharapkan Murid-murid yang belajar Asmak Malaikat (dari guru manapun) yang menyebar diseluruh Indonesia dan sebagian di luar negeri, dapat menjalin silaturahmi. 7 Desember 2006 Keluarga Besar Asmak Malaikat Desa Kunir, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. Read more: http://www.oocities.com/gurukebal/index.htm?201019#ixzz0x3lblVdH Mbah Anshori menerima murid di ruang tamu yang sederhana Read more: http://www.oocities.com/gurukebal/index.htm?201019#ixzz0x3mAghw5 Beberapa Murid Senior yang selalu setia pada Mbah Anshori .:: Belajar Asmak Malaikat Asmak Malaikat terdiri dari 4 tingkatan. Setiap tingkatan Asmak Malaikat memiliki fungsi khusus. Tingkat I dan II bisa diisikan secara terpisah atau sekaligus dalam sehari. Setelah Anda matang mengusai tingkat I dan II, Anda bisa melanjutkan ke tingkat III dan IV. Untuk mengusai Asma' Malaikat tingkat 1 sampai 4 adalah sangat mudah. Anda akan langsung di isi ilmu oleh Mbah Anshori. Hanya 30 menit Anda sudah memiliki ilmu kebal yang dengan ijin Allah bisa dibuktikan keberadaanya. Sama sekali Anda tidak perlu puasa, tidak perlu ritual, tidak ada pantangan yang berat dan tidak ada efek samping. Anda harus datang untuk pengisian (tidak melayani pengisian jarak jauh). Tingkat 1, Ilmu Kebal Sebagai dasar dari ilmu kebal, namun jika didalami secara tekun sudah dapat menyebabkan kebal dari senjata tajam dan tumpul. Para prajurit yang bertugas ke medan laga, karena singkatnya waktu banyak yang mempelajari ilmu ini. Selain bacaannya singkat, khasiatnya pun insya Allah tidak perlu diragukan lagi. Untuk mendapatkan ilmu tingkat 1 cukup makan nasi ketan plus secuil kulit kerbau, selanjutnya membaca amalan (mantra) selama 3 malam. Tingkat 2, Prembanyu Tingkat 2 sering disebut sebagai Aji Prembanyu. Karakternya lebih lembut karena sifatnya meluluhkan mental dan fisik pihak lawan. Seseorang yang menyerang orang yang memiliki ilmu ini mendadak diserang kelemahan mental dan fisik. Jika orang sudah mencapai tingkat 1 dan 2, jika suatu saat harus berbenturan secara fisik akan lebih nampak kekebalannya. Karena si penyerang itu hanya menggunakan sebagian kecil dari tenaga yang dimilikinya. Dan pada umunya, mereka yang sudah mencapai tingkat 2 ini justru jarang bahkan tidak pernah berkelahi secara fisik, karena orang yang berniat jahat mendadak diserang perasaan lemah. Ilmu ini sangat efektif untuk memagari lokasi hingga seseorang yang masuk didalamnya menjadi lemah/terkendali. Terutama dalam kasus pengamanan pertunjukan, lokasi demo yang dikhawatirkan terjadi tindakan anarkis, dll. Tingkat 1 dan 2 dapat dijadikan dalam sekali pengisian. Caranya, setelah menyelesaikan amalan tingkat 1, dilanjutkan amalan tingkat 2. Tingkat 3 Tingkat 3 mutlak dimiliki bagi orang yang memiliki program untuk menjadi guru Ilmu Kebal. Selain untuk menyempurnakan tingkat sebelumnya, tingkat 3 juga berfungsi untuk pengobatan yang bersifat spiritual. Misalnya, menangkal sihir dan gangguan lain yang bersifat metafisik. Seseorang yang sudah mencapai tingkat 3 ini, untuk membuktikan apakah ilmunya sudah sempurna atau belum, dapat dibuktikan melalui telor ayam kampung. Jika amalan (mantra) tingkat 3 itu dibaca lalu ditiupkan pada telor, dan ternyata telor itu gagal menetas ( Jawa : Bungker ) maka ilmunya sudah sempurna. Tingkat 3 prosesnya tersendiri. Tidak dapat disatukan dengan tingkat sebelumnya. Dan ada persyaratan yang agak rumit. Catatan : Kombinasi antara tingkat 1, 2 dan 3 dapat ditransfer pada benda (kulit kijang, macan, air putih) dan khasiatnya seperti ilmunya. Tingkat 4, Kunci Ilmu, Khusus Bagi Calon Guru Ilmu Kebal Tingkatan ini jarang diturunkan pada setiap siswa karena harus melalui berbagai pertimbangan, mulai dari faktor ketekunan siswa dalam mengamalkan tingkatan ilmunya, juga faktor lain yang hanya diketahui oleh guru. Dengan menguasai “Kunci Ilmu Kebal” ini, seseorang dapat mentransfer ilmunya kepada orang lain dengan lebih sempurna. Bahkan ia mampu memprogram apakah orang yang akan diisi itu perlu diberi kekuatan kebal tingkat rendah, sedang atau yang maksimal. Artinya, jika orang yang minta diisi itu dikhawatirkan tidak dapat menggunakan ilmunya dengan baik, maka kebal yang diisikan harus tingkat yang rendah. Dengan demikian, jika dia dipukuli orang masih terasa sakit atau luka kecil, maka kesombongannya tidak akan menjadi-jadi. Sebaliknya, terhadap orang yang memang layak memiliki kekebalan yang maksimal, tingkat kekebalannya pun dapat dimaksimalkan. MAHAR Sebetulnya kami (Murid-murid mbah Anshori) tidak ingin menentukan mahar. Namun karena ada beberapa kesalahpahaman tentang mahar, misalnya: mahar yang diberikan tidak sebanding dengan beratnya pekerjaan yang harus ditanggung oleh Mbah Anshori, maka dengan terpaksa kami menentukan mahar secara terbuka, yaitu: Tingkat I Rp. 500,000,- Tingkat II Rp. 750,000,- Tingkat III Rp. 1.250.000.- Tingkat IV Rp. 2,000,000,- Baca Juga >>> Ilmu Kebal dalam Filsafat Kejawen
Read more: http://www.oocities.com/gurukebal/belajar_ilmu_asmak_malaikat.htm?201019#ixzz0x3mz3AXv

Susno Jadi Korsahli

Susno Diangkat Jadi Korsahli Kapolri
Isa Anshori

Susno Duadji tiba di Mabes Polri, Jakarta.
24/02/2011 10:57
Liputan6.com, Jakarta: Usai menghadap Kapolri, mantan Kabareskrim Komjen Polisi Susno Duadji, Kamis (24/2) diangkat menjadi Koordinator penasehat ahli (Korsahli) Kapolri. "Untuk sementara beliau ditugaskan menjabat sebagai Korsahli (Koordinator Penasehat Ahli)," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Anton Bahrul Alam, kepada wartawan, saat mendampingi Susno di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (24/2).
Anton menambahkan penugasan Susno ini, belum dituangkan dalam bentuk telegram rahasia. "Masih secara lisan, nanti ditindaklanjuti," kata Anton. Susno sendiri enggan berkomentar dan langsung menuju gedung Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk menghadiri sidang kasus dugaan korupsi dana pengamanan Pilkada Jabar. Susno diagendakan akan membacakan nota pembelaan (pledoi) di persidangan tersebut. (ARI)

Minggu, 06 Maret 2011

Gardubaca dan Pekerja Naraca


Gardu Baca dan Pekerja Naraca

 
OPINI

Gardu Baca dan Pekerja Naraca
Oleh : Marowi Marwah Rapanoi | 01-Aug-2008, 00:49:55 WIB

KabarIndonesia - Kemiskinan harus segera diberantas, diberantas dengan kecerdasan, kecerdasan tidak harus diperoleh di bangku sekolah saja, kecerdasan tidak hanya ditandai dengan adanya ijazah, kecerdasan adalah milik orang yang banyak belajar, banyak membaca. Saya yakin rakyat Indonesia umumnya senang membaca, saya tidak percaya dengan alasan minat baca rendah. Bagi saya menonton juga membaca, mendengar radio juga membaca. Belajar sepanjang hayat (Long live education) harus membudaya di setiap desa. Masalahnya tidak setiap tempat tersedia bahan bacaan. Kalau ingin semua warga selalu belajar maka perbanyaklah tempat membaca dan tunjuk petugas khusus penyedia bahan Pustaka. Disinilah Peran Gardu Baca dan Pekerja Naraca menjadi solusi. Kecerdasanlah yang akan mengalahkan kemiskinan. Siapa tokoh yang berani membuat kebijakan menyediakan Gardu Baca di setiap RT, cara belajar yang murah dan praktis serta menyerap banyak tenaga kerja karena Pekerjanya harus berasal dari RT itu sendiri, artinya ada pemerataan dalam memperoleh kesempatan kerja. Yang terpenting untuk membaca, warga cukup pergi ke Gardu Baca. Tinggal bagaimana bisa mengoptimalkan peran Pekerja Pembina dan Pemelihara Gardu Baca (Pekerja Naraca).

Kebodohan identik dengan kemiskinan, banyak orang meyakini hal ini, atau dengan kata lain kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakat kita erat kaitannya dengan tingkat kecerdasannya. Pendapat semacam ini barangkali pada era sekarang ini tidak bisa lagi dipertahankan. Menurut saya kemiskinan juga tidak lepas dari kesempatan memperoleh informasi yang memadai untuk mengenal beragam cara mencari rezeki dan menjalani kehidupan ini. Karena itu masyarakat yang miskin harus banyak belajar, belajar menerima informasi pembangunan dan menguasai ilmu pengetahuan serta menjalani hidup berlandaskan iman dan taqwa.

Sekarang ini banyak pihak dan figur, membicarakan pendidikan gratis, ada juga yang membantah, katanya tak mungkin pendidikan gratis, yang mungkin hanya pendidikan murah, lalu yang lain membantah pula, katanya pendidikan murah itu tidak berkualitas. Alhasil beragam pendapat pun muncul tentang pendidikan.

Seiring dengan berganti-gantinya kurikulum sekolah, semakin beragam pendapat soal pendidikan Saya sendiri berpendapat prihal pendidikan hanya ada dua hal penting:

Pertama: Perbanyak dan perpanjang kesempatan belajar;
Kedua: Ciptakan hasil pendidikan yang bermoral dan berbudi luhur.

Sekarang ini banyak pihak hanya memperbincangkan pendidikan di bangku sekolah. Saya menganggap hal ini sebagai pendidikan yang sedikit dan yang terbatas. Yang sedikit, maksudnya pendidikan yang dilakukan oleh sekolah baru sedikit, sedikit secara kuantitas dan sedikit secara kualitas, apalagi belakangan ini muncul istilah sekolah favorit, sekolah unggulan, dan sekolah bertaraf internasional. Kata unggulan, favorit dan bertaraf internasional menunjukkan bahwa sekolah semacam ini masih sangat terbatas. Padahal bangsa ini butuh pendidikan yang banyak yang terus menerus, yang tidak terbatas pada anak usia 7 sampai 24 tahun saja, juga tidak hanya di kota saja tapi harus merata seantero negeri di seluruh wilayah nusantara, dan semua warga negara harus terus belajar, belajar sepanjang hayatnya.

Belajar yang saya maksud, tidak harus mendengar ceramah guru di ruang kelas. Belajar dengan cara membaca di rumah yang bahan pustakanya diperoleh dari Gardu baca. Gardu yang tersedia di dekat rumah warga atau bisa ditemukan di lingkungan RT-nya sendiri.

Pendidikan yang terbatas. Artinya kalau anak usia sekolah dianggap penting untuk belajar, maka orang dewasa justeru terlebih penting untuk tetap belajar dan terus belajar. Belajar tidak boleh berhenti karena batasan usia, apalagi bagi yang berada dalam usia produktif. Pada saat orang memasuki usia produktif ini mereka harus banyak belajar. Sayangnya saya melihat managemen perusahaan kebanyakan memberangus kesempatan belajar ini hanya karena alasan produktivitas, bahkan jam lembur pun terkadang ikut tersita. Bahkan saat waktu istirahat tak ada kesempatan belajar. Belajar yang saya maksud di sini adalah ketersediaan waktu untuk membaca dan atau mempelajari sesuatu.

Pola kehidupan yang berlangsung sekarang ini harus diubah, jangan sia-siakan waktu terbuang percuma, jadikanlah setiap kesempatan yang ada untuk belajar, ciptakanlah kondisi dimana setiap kesempatan selalu belajar dan ada sarana belajarnya.

Oke, kembali ke Gardu Baca. Suatu tempat sederhana yang ada bahan pustakanya, tapi dikelola secara bertanggung jawab dan khusus oleh warga RT dimana dia tinggal. Dalam tulisan ini kita tidak bermaksud membicarakan soal pendidikan apalagi soal sekolah, yang kita maksud di sini adalah suatu cara/sistem pemberlajaran yang ditujukan kepada warga pedesaan yang berbasis di RT-RT. Mengapa pilihannya harus di RT. Penulis berpandangan bahwa ujung tombak penggerak kehidupan di negeri ini ada di RT, maka komunitas masyarakat di RT inilah yang menjadi pasukan garda depan dalam kemajuan pembangunan, karenanya SDM di tingkat RT ini harus meningkat dari waktu ke waktu. Tak ada jalan lain bahwa anggota warga di tingkat RT ini harus terus belajar, dengan cara belajar sepanjang hayat. Tempat belajarnya tidak harus dengan gedung yang dibangun dengan biaya yang mahal oleh APBD atau APBN, tapi cukup dengan swadaya masyarakat RT itu sendiri. Anggaran Negara sifatnya lebih memotivasi dan menjaga kesinambungan operasional Gardu Baca ini. Merealisasikannya perlu ada figur yang berani membuat kebijakan untuk segera menggerakkan hadirnya Gardu Baca ini secepatnya. Orang yang mampu memotivasi warga membangun Gardu Baca di RT-nya inilah yang patut dihargai sebagai Pahlawan Pembangunan.

Selanjutnya yang perlu direkrut adalah tenaga yang akan mengelola sarana belajar ini. Saya menyebutnya Pekerja Naraca atau Pekerja Pembina dan Pemelihara Gardu Baca.
Apa dan bagaimana Gardu Baca dan Pekerja Naraca itu?
Berangkat dari kenyataan di masyarakat kita, umumnya yang bermukim di desa, sepertinya sudah membudaya sebagian besar memanfaatkan waktu senggangnya dengan duduk-duduk di gardu, baik pagi hari, sore ataupun malam hari (dijadikan Pos Kamling), maka Penulis melihat budaya ini sebagai peluang untuk membudayakan belajar sepanjang hayat dengan menjadikan gardu sebagai Perpustakaan Mini atau sebagai bagian dari layanan Perpustakaan Desa yang dibangun secara swadaya oleh warga RT yang dikoordinir oleh Ketua RT-nya dan setelah menjadi gardu, dikelola oleh Pekerja Naraca. Di sinilah kegiatan belajar warga desa itu dipusatkan. Warga bisa meminjam/membaca buku, koran, majalah, selebaran, peraturan-peraturan termasuk nantinya bisa dikembangkan menjadi Gardu Pintar. Sederhananya di Gardu ini bisa ditempatkan komputer untuk mengakses internet. Pola RT/RW-Net saya kira cocok andai diintegrasikan dengan Gardu Baca ini.

Satu hal yang harus digarisbawahi, bahwa kunci berhasil tidaknya Gardu baca ini adalah bagaimana caranya kita membina Pekerja Naraca menjadi motor penggerak pembangunan di desa dengan melakukan layanan membaca secara berkesinambungan di masing-masing Gardunya. Setiap Gardu harus memiliki 2 orang pekerja, harus berasal dari RT itu sendiri dan memiliki lahan untuk tempat membangun Gardu Baca, bahkan di lahan ini disisi Gardu, harus pula tersedia lokasi untuk membangun Rumah Pekerja.

Dengan meratanya peneyebaran bahan pustaka di setiap RT, dan membudayanya belajar sepanjang hayat, akan semakin banyak pengetahuan yang diserap. Bayangkan saja jika seluruh Indonesia punya Gardu Baca dengan 2 Pekerja Naraca di tiap RT, apalagi punya rumah sendiri di samping Gardu bacanya. Maka kita tinggal menunggu waktu, kemiskinan, ketertinggalan akan enyah dari bumi Nusantara ini. Beragam teori tentang usaha mengentaskan kemiskinan, sebut saja ekonomi mikro misalnya, Kredit Usaha Rakyat, segala macam bentuk subsidi, dan lain-lain, semuanya jadi percuma jika anak bangsa ini tetap bodoh, apalagi tidak dibarengi dengan keimanan dan amal yang baik.

Sama seperti anda, saya juga berpandangan, meningkatkan kecerdasan warga (terutama) di desa adalah yang pertama dan yang utama dari semua program pembangunan. Dan sekali lagi meningkatkan kecerdasan tidak hanya bisa diperoleh di ruang kelas atau di depan guru.  Kapan saja, di mana saja, baik formal maupun non formal. Memperoleh kesempatan memperkaya diri dengan tambahan ilmu adalah hak setiap individu, juga tidak perlu dengan biaya yang mahal.

Dengan Gardu Baca kita tingkatkan kecerdasan anak bangsa. Dengan memperbanyak hadirnya Gardu Baca kita budayakan belajar sepanjang hayat, untuk meningkatkan daya saing. Dengan kecerdasan kita enyahkan kemiskinan. Dengan kecerdasan kita gapai kesejahteraan. Tak ada yang tak bisa, bagi yang berjiwa pekerja, bagi mereka yang memanfaatkan setiap kesempatan untuk memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan, kecerdasan yang merata, kecerdasan segera menjadi nyata, kecerdasan yang diperoleh dengan biaya murah, dengan Gardu baca.

Andai tiap Kabupaten memiliki 5.000 Pekerja Naraca dengan fokus membudayakan belajar sepanjang hayat, melalui pelayanan pustaka dan informasi, dapat dipastikan kecerdasan warga meningkat pesat, menjadi lebih maju dalam mengatur kehidupannya.

Sampai jumpa di kesempatan berikutnya. Semoga kita semua selalu sehat dan sejahtera. Amin!!!


(Penulis adalah Pustakawan, tinggal di Kayuagung-OKI, anggota Dewan Redaksi Agung Post/Anggota Penulis KabarIndonesia).
Tulisan ini telah dimuat di Harian Online Kabar Indonesia edisi Agustus 2008.

Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik):
redaksi@kabarindonesia.com Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:http://www.kabarindonesia.com/

RUMPIN NARACA DALAM PERJALANAN WAKTU

Mukaddimah!
Sebelum mengenal Rumah Pintar Naraca lebih jauh. Perlu saya infokan bahwa saya yang saat ini menjadi Koordinator Rumah Pintar Naraca, adalah seorang Pegawai Negeri yang pada mulanya bekerja sebagai Guru Agama di sebuah SD Negeri. Waktu itu adalah antara tahun 1979 - 1984.
Karena saya hobby banget dalam urusan tulis menulis dan membaca, apalagi waktu itu belum ada internet. Saya berpikir bagaimana caranya saya gampang memperoleh bahan bacaan dan tanpa mengabaikan tugas saya  sehar-hari. Sayapun memutuskan pindah ke Perpustakaan Umum Kabupaten OKI, yang waktu itu masih cikal bakalnya. Oleh Kakandep P dan K saya diparkirkan dulu di Kantor Dep. P dan K Kabupaten OKI. Untuk selanjutnya sejak 1 April 1984 saya resmi bekerja di Perpustakaan Umum yang personilnya hanya 5 orang termasuk saya dan pimpinan (Abdul Rasyid Kowi, almh.).
Tahun 1990 saya tinggalkan jabatan Guru, saya alih profesi menjadi pejabat fungsional Pustakawan. Saya adalah pustakawan pertama di Kabupaten yang bergelar Bende Seguguk itu. Sampai sekarang saya masih tercatat sebagai pustakawan.
Bekerja di Perpustakaan Umum awalnya cukup mengasyikkan, apalagi Kantor saya pernah meraih predikat Terbaik III di Provinsi saya. Sayangnya beberapa tahun terkahir ini keberadaan lembaga ini bak pepatah "Hidup segan mati tak mau" Sayapun memutar otak bagaimana caranya keluar dari ketidak nyamanan ini tapi masih tetap bekerja dalam urusan membaca.
Saya punya gagasan alangkah baiknya bila kebiasaan warga Sumsel yang suku duduk di Amben-amben, bahasa lainnya Gardu, lalu gardu ini dimanfaatkan sebagai sarana mendidik masyarakat secara luas dan tentunya secara praktis dan murah, ketimbang lembaga lain yang pernah ada. Inilah pemikiran awal saya mendirikan gardubaca sebagai sarana membaca mudah belajar murah. Kegiatan ini saya lakukan selama tahun 2006 - 2007. saya bekunjung ke beberapa desa di pelosok daerah, dan menyaksikan di satu sisi betapa masyarakat butuh bahan bacaan untuk meningkatkan daya saingnya, sementara disisi lain, sangat tak mungkin mereka datang ke ibukota kabupaten hanya untuk keperluan mencari bahan bacaan, Lalu dikaitkan dengan rendahnya minat baca. Solusinya adalah bahan bacaan harus hadir dekat dengan rumah warga. ITULAH GARDU BACA DI RT-RT. Sementara di kabupaten cukup satu lembaga sebagai posko induknya, dan ITULAH RUMAH PINTAR NARACA (Rumah Pintar ini, sebagai Pembina gardubaca pemelihara minat baca).
Bulan Agustus 2007, saya berkesempatan mengikuti Jambore Nasional Masyarakat Perpustakaan di Cibubur, dari sinilah saya mulai mengenal Rumah Pintar dan Mobil Pintar. Saat itu ada seseorang tokoh yang memperkenalkan saya pada Pengelola Mobil Pintar dan dari sini pula saya mendapat brosur.
Sekembalinya ke Kayuagung saya kumpulkan buku-buku pribadi dan kilping-kliping yang saya kumpulkan selama bertahun-tahun. Buku-buku ini saya jadikan koleksi awal Rumah Pintar yang kemudian saya beri nama Rumah Pintar Naraca.
Dari brosur yang saya peroleh dari Cibubur tadi saya mendapatkan alamat SIKIB. Akhirnya saya buat pernohonan untuk memperoleh bantuan Mobil Pintar, Motor Pintar dan Rumah Pintar. Surat tersebut saya tanda tangankan ke Bupati OKI., lalu saya kirimkan ke SIKIB Jakarta.
Tanggal 16 Desember 2008 saya mendapat undangan ke Gedung Ria Pembangunan - Senayan - Jakarta. Saya menerima bantuan isi rumah pintar, langsung dari Ibu Lily Muhammad Nuh dari SIKIB. Hingga sekarang Rumah Pintar Naraca, alhamdulillah tetap eksis. dan kini walaupun secara mandiri, kami sebagai pengelola telah berhasil memperluas gedung untuk ditambah menjadi 6 Sentra. Sedangkan gedung awalnya adalah bantuan Bupati OKI, dari eks. Gedung Perpustakaan Umum yang dibangun tahun 1984 lalu. Awal yang memperkenalkan saya pada dunia pustaka. Semoga perjalanan waktu ke depana selalu dalam rodohNya. Amin.!!!.